Seandainya ada yang kesulitan untuk berdiri tegak seperti saya, ada baiknya periksa kondisi tulang belakang. Iya, saya divonis bungkuk oleh pak Santo, ahli pijat tulang yang cukup terkenal di jogja. Persisnya, vonis ini terjadi hari kamis, dua minggu yang lalu. 

Pikiran saya lalu kembali ke jaman SMP. Waktu itu, bapak saya sering sekali mengingatkan perihal posisi berdiri saya yang bungkuk. Malahan, beliau sempat bilang, 

"apa perlu dipaku ke kayu biar ndegeg?"

sambil kemudian dua tangannya menarik pundak saya kebelakang. Pernah juga, tulang punggung saya sekalian disapa oleh dengkul beliau. Kebayang kan posisinya? Nah, posisi dan kalimat yang beliau ucapkan itu masih sering terbayang-bayang dalam pikiran saya sampai sekarang.

Pernah juga, semasa di jakarta, saya sampai diajarkan berdiri tegak oleh salah satu rekan kerja. kaki dibuka selebar pundak, membentuk posisi segitiga sama sisi, begitu resep yang diturunkannya. Memang, posisi berdiri saya jarang sekali posisi sempurna. Posisi kebangsaan saya adalah kaki kanan lurus selebar pundak, sementara kaki kiri 'dibuang' agak jauh. Mirip posisi segitiga siku-siku, dengan kaki kiri saya menjadi sisi miringnya. Selalu begitu.

Empat minggu sebelumnya, kapalan di jempol telapak kaki kiri saya mulai sakit. Saya tau, normalnya, jempol kaki adalah pusat keseimbangan manusia ketika berdiri atau berjalan. Bertahun-tahun sebelumnya, saya cuma heran, kenapa yang kapalan cuma jempol kaki kiri saja sementara yang kanan tidak? Bukankah kulit yang kapalan seharusnya lebih tahan banting dibandingkan yang tidak? Kenyataanya, dipegang biasa saja, saya merasakan sakit, sehingga untuk berjalan saya harus secara sadar memindahkan titik berat tubuh ke telapak kaki yang berhubungan langsung dengan syaraf paru-paru.

Sampai akhirnya hari itu tiba. hari kamis dua minggu yang lalu. Rasa sakit di pinggang kiri bawah saya tak tertahankan lagi. Sakit yang membuat saya tak nyaman untuk beraktivitas apapun. Saya memutuskan untuk periksa ke pak Santo.

Saya cuma diminta untuk telungkup, dipegang bagian tulang belakang sebentar, lalu keluarlah vonis itu, ditambah lagi kaki saya dibilang panjang sebelah. Pemandangan kaki saya yang panjang sebelah itu dinikmati oleh teman-teman saya. Sementara pikiran saya masih asik, bahwa akhirnya saya menemukan penyebab kapalan di jempol kaki kiri dan penyebab pinggang kiri saya yang sakit sekali.

Proses saya dipijat, tak sampai satu menit. biayanya tujuh puluh ribu rupiah. Setelah dipijat pertama kali, posisi tulang saya mengalami perbaikan. kaki tak lagi panjang sebelah. Saya dianjurkan untuk datang ke pak Santo sebanyak tiga puluh kali.

Perlahan-lahan, kapalan di jempol kaki kiri saya berangsur normal. Mau tak mau, saya jadi lebih memperhatikan posisi berdiri, duduk, dan tidur. Semua demi pertahanan terbaik dari sakit pinggang yang aduhai rasanya itu.

Perihal miringnya tulang belakang saya ini seolah menjawab beberapa pertanyaan saya. Salah satunya, kenapa kalo saat duduk jegang, saya lebih nyaman dengan kaki kiri yang diatas. Posisinya, dengkul kanan menopang mata kaki kiri. Posisi lain, paha kiri bagian belakang ditopang dengkul kanan. Iya, selalu merasa nyaman begitu, tapi tidak sebaliknya.

Belakangan, saya merasa kurang puas dengan foto-foto dimana ada saya didalamnya, seringkali tampak bagian kepala dan leher saya nggak fotogenic. Kepala saya selalu maju, seolah kamera menjadi magnet bagi kepala saya ini. Setelah itu, saya selalu merasa leher saya kok gendut. Ternyata, penyebab dua hal ini ya karena tulang belakang itu tadi.

Mendengar cerita dari kawan lain yg kebetulan punya masalah sama dengan tulang belakangnya, tapi terapi dengan orang lain, akibat dari tulang belakang yang tak sempurna ini efeknya bisa kemana-mana. Contohnya, pencernaan. Kawan saya itu, setelah makan biasanya sekitar ulu hati terasa sakit, ternyata ya memang masuk akal, karena posisi tulang belakang yg bungkuk, menekan ulu hati. Kemudian, ketika dia membuka mulutnya, akan muncul bunyi dari arah rahang bagian belakang (kurang lebih sekitar geraham yg paling belakang), hal ini juga efek dari tak sempurnanya tulang belakang.

Tulang belakang yang tak sempurna itupun membuat otot menjadi bekerja lebih keras, karena seolah ditarik terus menerus, akibatnya tubuh menjadi butuh waktu istirahat yang lebih lama (baca: bagi saya waktu tidur yang lebih lama, minimal delapan jam setiap hari)

Pelajaran yang saya dapat, umur tiga puluhan kita mulai harus bisa menerima keterbatasan badan. Masalah tulang belakang ini hanya salah satunya. Sementara umur empat puluhan, kita harus bisa menerima keterbatasan jiwa. 

Ah, sudahlah, saya mau tidur saja. Otot-otot saya sudah minta istirahat ...

ps: ketika menulis posting ini, jadwal pak Santo praktek adalah setiap hari kamis malam di kantor notaris depan gereja kranggan (tugu ke utara), sementara setiap selasa pagi beliau praktek di depan wirogunan. Satulagi tempat prakteknya ada di dekat prambanan, tapi saya tak tahu detailnya.