Senyum dan tatapan mata itu
jakarta, desember 2004
***
Akh...,
enaknya, kalo tiap hari isinya cuman main game-makan-tidur-main game lagi
asiknya, kalo tiap hari cuman sibuk ngurusin mobil-cuci-manasin-sambil nyetel musik bedebam-bedebum
nikmatnya, kalo tiap hari cuman isinya pacaran sambil nonton film seri di kamar ber-AC, dan mungkin ML!!
bahagianya, tiap hari bisa nyanyi-genjrang-genjreng berekspresi
leganya, udah lulus kuliah tiap hari isinya tamasya-dari satu kamar ke kamar lain.

ah, nggakk !!!!

ternyata mereka stress,
bingung mau capai apa dalam hidup-kerja apa-di mana,
ternyata mereka saling dendam,
beberapa di antaranya mesti beli program skripsi yang harganya 3 juta.
ternyata disela ketawanya, mereka menenggelamkan kebingungannya,
dan mereka menjangkarkan kapasitas intelektual mereka ke dasar lautan kemewahan, kenikmatan, kemalasan, obrolan sore dan tawa penuh kepalsuan.

bukan,
bukan hak-ku untuk mewartakan itu,
di sela kemalasan, kegundahan dan ketakutanku,sendiri,
tapi aku tertarik dengan gempa dan banjir iri hati,
badai ketakutan,kemarau kreativitas,wabah kebingungan usia muda . . .
bukan,
bukan karena tiap hari aku baca kompas dan dikala sempat aku baca swa atau tempo
bukan karena aku lebih suka buku dibanding dugem, ngafe, atau karaoke.

Karna aku heran,
akan tawa dan sorot mata itu.Tadinya aku pandang rendah mereka.
Ternyata mereka lebih punya apa yang namanya, Kegigihan.
dan aku hanya bisa berandai-andai.