Kenapa mesti dipisah-pisah? pernyataan ini yang akhirnya mengurungkan niatku untuk membuat esai-esai singkat berdasarkan kategorinya. Mungkin terkesan keren, atau lebih terorganisir, pemikiran seorang Handoko tentang sesuatu, yah siapa tau aku jadi Plato di abad ke 21 ini.
Kali ini aku pengen ngomong tentang makanan.
Bedanya makanan rumah, sama makanan yang ada di rumah makan, rumah makan yang di sekitar binus, tentunya.
Makanan rumah tidak dimasak dengan tergesa-gesa, tapi setiap irisan dipotong penuh kesungguhan, dimasak menggunakan bumbu kasih dan penuh kesabaran.
Makanan rumah bukan dimasak untuk dihitung berapa porsi dan bisa menghasilkan berapa banyak duit hari ini, dia dimasak untuk membahagiakan orang rumah, mengisi kembali semangat untuk berkarya bagi orang lain, bukan sekedar mengisi perut.
Makanan rumah nggak ditujukan untuk memuaskan semua orang yang punya duit, dia spesifik, ditujukan hanya untuk orang-orang yang dikasihi.
Makanan rumah tidak dibungkus dengan kepalsuan, disajikan dengan kemewahan interior ruangan,pendingin/penghangat udara paling canggih, piring antik, gelas kristal, sendok emas ataupun serbet dengan kain nomer satu. Jauh, jauh dari itu, makanan rumah disajikan dengan sederhana, apa yang dipunya ya disajikan, tapi dibalik kesederhanaan itulah terdapat sesuatu yang sejati.
Makanan rumah tidak ditunggu kapan dia laku, kapan dia habis dan kapan bisa menghitung berapa lembar yang didapat hari ini. Makanan rumah ditunggu untuk diapresiasi dengan senyum dan pujian tulus, serta rasa terimakasih yang penuh syukur.
ah..aku rindu masakan rumah...Jakarta 10 Desember 2004
Kali ini aku pengen ngomong tentang makanan.
Bedanya makanan rumah, sama makanan yang ada di rumah makan, rumah makan yang di sekitar binus, tentunya.
Makanan rumah tidak dimasak dengan tergesa-gesa, tapi setiap irisan dipotong penuh kesungguhan, dimasak menggunakan bumbu kasih dan penuh kesabaran.
Makanan rumah bukan dimasak untuk dihitung berapa porsi dan bisa menghasilkan berapa banyak duit hari ini, dia dimasak untuk membahagiakan orang rumah, mengisi kembali semangat untuk berkarya bagi orang lain, bukan sekedar mengisi perut.
Makanan rumah nggak ditujukan untuk memuaskan semua orang yang punya duit, dia spesifik, ditujukan hanya untuk orang-orang yang dikasihi.
Makanan rumah tidak dibungkus dengan kepalsuan, disajikan dengan kemewahan interior ruangan,pendingin/penghangat udara paling canggih, piring antik, gelas kristal, sendok emas ataupun serbet dengan kain nomer satu. Jauh, jauh dari itu, makanan rumah disajikan dengan sederhana, apa yang dipunya ya disajikan, tapi dibalik kesederhanaan itulah terdapat sesuatu yang sejati.
Makanan rumah tidak ditunggu kapan dia laku, kapan dia habis dan kapan bisa menghitung berapa lembar yang didapat hari ini. Makanan rumah ditunggu untuk diapresiasi dengan senyum dan pujian tulus, serta rasa terimakasih yang penuh syukur.
ah..aku rindu masakan rumah...Jakarta 10 Desember 2004
Post a Comment