Nama saya Handoko Wiyanto, 6 september taun ini, saya akan genap berusia 30 tahun. Saya lahir di hari Anggara Kasih. Bagi orang jawa dan bali, hari tersebut adalah hari keramat. Hari dimana Siwa (salah satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu selain Brahma dan Wisnu) turun ke bumi. Siwa adalah dewa pelebur, tugasnya adalah melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak lagi berada di dunia fana, sehingga harus dikembalikan pada asalnya.*) **)
Setelah tau bahwa saya lahir di hari tersebut, saya merasa normal ketika seringkali saya ingin mengubah sesuatu, sesuatu yang terbaik versi saya, dan tentunya ada saya di dalamnya. Lalu perjuangan itu dimulai ketika saya memasuki dan menembus batas-batas kehidupan orang lain.
Memiliki bakat tanpa kasih sayang yang cukup hanya akan menjadi tragedi, atau kutukan. Kasih sayang, bolehlah diganti dengan kata cinta, meski tidak selalu menuju pada hubungan percintaan antara dua lawan jenis, bisa jadi teman, rekan kerja, atau yang paling penting, keluarga.
The saddest thing in life is a wasted talent ~ A Bronx Tale, 1993. ***)
itu adalah quote yang sangat menarik perhatian saya. Saya telah melakukan kesalahan, menggunakan bakat saya untuk memenuhi ego pribadi, lagi-lagi karena ingin mengubah keadaan yang menurut saya akan lebih baik begitu, kembali pada asalnya.
Yang tampak, bisa dilihat oleh mata. yang tak tampak hanya bisa dilihat oleh hati. saya merasa perihal hati ini adalah salah satu bakat saya. Perasaan saya memiliki kemampuan lebih daripada otak saya. jalan keluar yang sering dimunculkan otak saya lebih sering bermasalah.
sebagian dari kita lahir ke dunia dengan bakatnya masing-masing. Ada yang bisa melihat sekelebat kejadian-kejadian di masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. Dengan berlatih, maka kita bisa memilih untuk melihat kembali suatu peristiwa, yang akan tampak seperti kita memiliki televisi pribadi dengan tayangan yang kita inginkan. Tentunya hal ini juga menguras energi. Banyak pertanyaan yang tak terjawab akan membuat orang dengan kelebihan ini untuk tergoda mencari jawaban, tapi setelah tau peristiwa atau kejadian itu, dibutuhkan kebijaksanaan untuk menerima dan tidak lagi bertanya kenapa.
Lalu di jaman sekarang, jaman dunia maya, segala sesuatu yang berbentuk digital juga bisa dilihat kembali, entah itu di masa lalu atau masa kini. Bedanya, dunia maya (tak mampu dilihat oleh mata) yang satu ini tidak memiliki dimensi masa yang akan datang. Lagi-lagi, meski memiliki bakat, hal ini tetap saja membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran. Setelah energinya terkuras, maka akan minim sekali tersisa energi kebijaksanaan, akibatnya: susah menerima dan tidak lagi bertanya kenapa.
Ketika saya sendiri berada dalam kondisi dunia binatang, maka tidak sepantasnya saya ingin mengubah dunia manusia dewasa. Merasa terancam untuk sekian waktu yang lama lalu menggunakan rasa yang sama adalah kesalahan yang besar, tidak manusiawi. hanya pada saat saya berada pada kondisi kejiwaan sebagai manusia saya bisa berinteraksi dengan manusia lain. dunia dimana ada kata terimakasih dan maaf.
Manusia tidak seharusnya mengubah manusia lain, bagi saya, rasa ingin mengubah orang lain muncul saat saya sendiri bermasalah dengan diri saya, kemudian cara yang paling gampang, paling tidak dewasa, adalah dengan memaksa orang lain untuk memahami saya, melakukan hal-hal yang membuat saya aman demi kenyamanan hati saya. Melakukan hal ini, tidak akan pernah berujung pada kebahagiaan. Kenyamanan tidak sama dengan kebahagiaan.
Saya sempat iri dengan kehidupan binatang, dunia dimana tidak ada bakat dan ujian untuk mengubah sesuatu, semuanya berjalan berdasarkan insting kebinatangan. akhirnya, saya menyerahkan apa yang saya tau pada hukum alam semesta yang agung.
Terimakasih untuk pelajaran ini. kamu yang telah membuatku lulus dari ujian bakatku. kamu mengembalikanku pada diriku, pada tulisanku, sesuatu yang telah lama hilang dariku.
catatan:
* http://bit.ly/10oBwPK
** http://bit.ly/ZaJkUB
*** http://imdb.to/10x1lRK
*** tulisan ini sekaligus sebagai permintaan maaf pada pihak-pihak yang telah terlanggar privasi kehidupannya. Saya tidak akan menggunakan yang saya tahu untuk tujuan apapun. Saya laki-laki yang memegang kata-kata saya.
**** setelah menuliskan hal ini, saya berdoa. Seingat saya, ini adalah doa kedua di tahun ini
Setelah tau bahwa saya lahir di hari tersebut, saya merasa normal ketika seringkali saya ingin mengubah sesuatu, sesuatu yang terbaik versi saya, dan tentunya ada saya di dalamnya. Lalu perjuangan itu dimulai ketika saya memasuki dan menembus batas-batas kehidupan orang lain.
Memiliki bakat tanpa kasih sayang yang cukup hanya akan menjadi tragedi, atau kutukan. Kasih sayang, bolehlah diganti dengan kata cinta, meski tidak selalu menuju pada hubungan percintaan antara dua lawan jenis, bisa jadi teman, rekan kerja, atau yang paling penting, keluarga.
The saddest thing in life is a wasted talent ~ A Bronx Tale, 1993. ***)
itu adalah quote yang sangat menarik perhatian saya. Saya telah melakukan kesalahan, menggunakan bakat saya untuk memenuhi ego pribadi, lagi-lagi karena ingin mengubah keadaan yang menurut saya akan lebih baik begitu, kembali pada asalnya.
Yang tampak, bisa dilihat oleh mata. yang tak tampak hanya bisa dilihat oleh hati. saya merasa perihal hati ini adalah salah satu bakat saya. Perasaan saya memiliki kemampuan lebih daripada otak saya. jalan keluar yang sering dimunculkan otak saya lebih sering bermasalah.
sebagian dari kita lahir ke dunia dengan bakatnya masing-masing. Ada yang bisa melihat sekelebat kejadian-kejadian di masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. Dengan berlatih, maka kita bisa memilih untuk melihat kembali suatu peristiwa, yang akan tampak seperti kita memiliki televisi pribadi dengan tayangan yang kita inginkan. Tentunya hal ini juga menguras energi. Banyak pertanyaan yang tak terjawab akan membuat orang dengan kelebihan ini untuk tergoda mencari jawaban, tapi setelah tau peristiwa atau kejadian itu, dibutuhkan kebijaksanaan untuk menerima dan tidak lagi bertanya kenapa.
Lalu di jaman sekarang, jaman dunia maya, segala sesuatu yang berbentuk digital juga bisa dilihat kembali, entah itu di masa lalu atau masa kini. Bedanya, dunia maya (tak mampu dilihat oleh mata) yang satu ini tidak memiliki dimensi masa yang akan datang. Lagi-lagi, meski memiliki bakat, hal ini tetap saja membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran. Setelah energinya terkuras, maka akan minim sekali tersisa energi kebijaksanaan, akibatnya: susah menerima dan tidak lagi bertanya kenapa.
Ketika saya sendiri berada dalam kondisi dunia binatang, maka tidak sepantasnya saya ingin mengubah dunia manusia dewasa. Merasa terancam untuk sekian waktu yang lama lalu menggunakan rasa yang sama adalah kesalahan yang besar, tidak manusiawi. hanya pada saat saya berada pada kondisi kejiwaan sebagai manusia saya bisa berinteraksi dengan manusia lain. dunia dimana ada kata terimakasih dan maaf.
Manusia tidak seharusnya mengubah manusia lain, bagi saya, rasa ingin mengubah orang lain muncul saat saya sendiri bermasalah dengan diri saya, kemudian cara yang paling gampang, paling tidak dewasa, adalah dengan memaksa orang lain untuk memahami saya, melakukan hal-hal yang membuat saya aman demi kenyamanan hati saya. Melakukan hal ini, tidak akan pernah berujung pada kebahagiaan. Kenyamanan tidak sama dengan kebahagiaan.
Saya sempat iri dengan kehidupan binatang, dunia dimana tidak ada bakat dan ujian untuk mengubah sesuatu, semuanya berjalan berdasarkan insting kebinatangan. akhirnya, saya menyerahkan apa yang saya tau pada hukum alam semesta yang agung.
Terimakasih untuk pelajaran ini. kamu yang telah membuatku lulus dari ujian bakatku. kamu mengembalikanku pada diriku, pada tulisanku, sesuatu yang telah lama hilang dariku.
catatan:
* http://bit.ly/10oBwPK
** http://bit.ly/ZaJkUB
*** http://imdb.to/10x1lRK
*** tulisan ini sekaligus sebagai permintaan maaf pada pihak-pihak yang telah terlanggar privasi kehidupannya. Saya tidak akan menggunakan yang saya tahu untuk tujuan apapun. Saya laki-laki yang memegang kata-kata saya.
**** setelah menuliskan hal ini, saya berdoa. Seingat saya, ini adalah doa kedua di tahun ini
Labels: mampir ngombe
Post a Comment