Seperti biasa, rutinitas pagi saya pada hari kerja salah satunya adalah pergi ke bank. Belum terlalu lama sejak keluarga kami memindahkan operasional harian ke bank ini, bank nya kecil. Pada awalnya saya memang kurang setuju kalo operasional bank untuk keperluan toko dipindah ke bank ini. Tapi dengan sapaan nama saya ketika memasuki ruangan, sofa yang lumayan, plus ada majalah forbes indonesia dan millionare asia, nampaknya rasa ragu itu berubah jadi rasa nyaman. Ditambah juga, ketika uang setoran sudah diterima, saya tidak perlu harus selalu menunggu proses KU (Kirim Uang) selesai. Buku tabungan dan slip KU akan diantar ke rumah sore harinya.

Hampir setiap pagi, saya agak rikuh ketika memasuki bank ini. Setidaknya saya disapa dengan nama saya oleh satpam yang membukakan pintu, mbak customer service, dan terkadang sampai 3 orang di bagian teller, berdiri, menyapa saya dengan nama sambil mengucap selamat pagi atau siang. Saya tidak tau satu-persatu nama mereka, itu yang bikin saya rikuh. Mungkin, mulai besok pagi, setidaknya saya harus cari tau masing-masing nama mereka siapa, jadi lebih impas dan fair.

Tadi pagi, kebetulan saya bertemu ibu kepala cabang. Setelah menyapa, dia duduk di sofa sebelah saya persis, lalu rasa ketidaknyamanan itu saya tangkap, sehingga akhirnya dia memilih pindah duduk di depan saya, memutar kursi yang biasa dipakai oleh pelanggan ketika bertemu dengan mbak customer service.

"udah tau belum tentang program baru kami" 
tangannya menunjuk ke arah akuarium bulat agak besar yang fungsinya dialihkan sebagai tempat untuk menarik undian.

"iya sudah, kemaren saya sudah terima brosurnya"
"buka dong tabungannya, kan cuma di hold 3 bulan, setelah itu bisa normal lagi, hadiahnya sampe nopek lho, uang cash" *)
"iya, kemaren saya sudah baca di brosurnya..tapi kayanya kami belum tertarik"
"lho, ini buat kamu, saya berharap kamu yang buka tabungannya, gimana saya denger cerita kamu juga usaha sendiri kan?"
"ah nggak kok, saya cuma bantu-bantu saja"
"itu usaha yang sound system?"
"iya betul.."
"buka ya tabungannya.."
"aduh maap, saya sedang prioritas nabung untuk yang lain"
"iya, ini kan bentuknya tabungan, tapi dananya kami hold sampai 3 bulan pertama, selanjutnya normal, ada banyak voucher-voucher juga.."
"saya sedang prefer untuk beli emas"
"emas bagus, tapi ini kan tabungan, jadi bisa untuk diversifikasi"
"kalo tabungan saya sudah punya, tapi kan bunganya kecil"
"kami 2 persen"
"itu satu tahun kan ya?"
"betul, tapi ini berhubung kami ada program saja, kalo dananya no pek tiau, bisa sampe 4,5%" **)
"nah inflasinya berapa? 2% setaun dan 4,5% setaun, saya masih dipotong inflasi"

Setelah saya melontarkan kalimat tersebut, ibu kepala cabang tampak kewalahan meyakinkan saya, terutama di depan semua staffnya. Sejenak saya merasa agak jahat, tidak menanggapi maksud beliau menginformasikan produk baru dan tidak memberikan kesempatan untuk takluk pada jurus jualan si ibu. Beliau lalu pamitan dan melanjutkan kesibukannya.

Tapi ayolah, pertanyaan saya bukannya wajar? ketika emas bisa menjadi sarana untuk mengunci inflasi (efek inflasi bisa jadi nol persen) lalu kenapa saya menyimpan uang saya di bank dalam bentuk tabungan yang baru sementara saya masih punya tabungan di bank lain yang sudah mencukupi kebutuhan saya?

Ah iya, mungkin sekedar pagi yang tengil untuk saya. Maaf ya bu ...
*) No pek: bahasa hokian untuk dua ratus ribu rupiah
**) no pek tiau: bahasa hokian untuk dua ratus juta rupiah