semenjak jaman komputer, dunia seolah-olah tenggelam dalam eforia cepat dan kecepatan. Saat saya menuliskan hal ini, Titan (milik amerika serikat) adalah superkomputer tercepat di dunia. Seberapa cepatkah si Titan? Titan menjadi nomer satu dengan kecepatan 17,6 petaflops (quadrilion kalkulasi per detik) menggeser Jaguar yang pada tahun 2009 adalah juara satu. Kini, Titan 10 kali lebih cepat ketimbang Jaguar. Secepat itulah kira-kira perubahan kecepatan di dunia.
agak kontras dari dunia perkomputeran, kini saya memiliki kebiasaan yang cenderung lambat saat berkendara di jalan raya, baik itu mengendarai motor ataupun mobil. Hal ini terjadi bukan begitu saja. Saat sma, rekor saya naik motor adalah 7 menit 10 detik dari sugiyono - smp stella duce - smu kolese de britto. Lalu, apakah yang membuat saya menjadi lebih merasa aman dan nyaman berjalan pelan di jalan raya?
Mungkin terdengar melankolis, ketika kedua sepupu saya yang sudah meninggal (dua laki-laki kakak beradik) menjadi salah satu variabel pertimbangan. Mereka berdua meninggal karena kecelakaan di jalan raya. Tapi iya, saya memang pria melankolis.
intinya, siang ini tadi, saya harus lebih bersyukur karena lambat di jalan raya. Sepulang dari bank, saya melewati jalan lowanu, dengan tujuan Giwangan untuk memeriksa kemajuan pembangunan gudang. Di jalan lowanu, ada satu gudang yang menjual besi-besi baja, panjang gitu ukurannya. Saat lewat di depan gudang itulah ada becak yang muncul tiba-tiba, eh, ralat, becak nya sih saya sudah liat dari jauh, tapi yang tiba-tiba saya lihat adalah besi bajanya yang sedang diangkut diatas becak, mecungul kurang lebih panjangnya 5 meteran.
Saya lupa sedang ngelamun apa waktu kejadian itu, tapi begitu sadar besi-besi baja itu tinggal 3 meter lagi kena muka, refleks saya langsung bekerja dengan santai dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun *apaan sihh??* untuk menghindari becak dan besi baja yang siang tadi menjadi asesoris si becak.
Mungkin memang sudah saatnya saya harus mencari helm yang kacamata-able, atau kacamata yang helm-able sehingga saya bisa lebih berhati-hati, setidaknya punya jarak pandang yang lebih jauh dan jelas. Masih terlalu sayang sama kacamata saya yang sekarang ini kalo dipakai ketika saya sedang memakai helm, si kacamata akan mengalami banyak tekanan, dan saya juga tentunya akan mengalami banyak tekanan oleh orang yang menemani saya membeli kacamata itu, yang menganggap bahwa kacamata milik saya ini adalah miliknya *meski akhirnya saya juga setuju dengan anggapan itu :p*
ps: yang tertarik untuk membaca lebih jauh perihal kecepatan superkomputer, mungkin bisa melihat link berikut ini:
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Supercomputer
2. http://money.cnn.com/2012/10/29/technology/innovation/titan-supercomputer/index.html
agak kontras dari dunia perkomputeran, kini saya memiliki kebiasaan yang cenderung lambat saat berkendara di jalan raya, baik itu mengendarai motor ataupun mobil. Hal ini terjadi bukan begitu saja. Saat sma, rekor saya naik motor adalah 7 menit 10 detik dari sugiyono - smp stella duce - smu kolese de britto. Lalu, apakah yang membuat saya menjadi lebih merasa aman dan nyaman berjalan pelan di jalan raya?
Mungkin terdengar melankolis, ketika kedua sepupu saya yang sudah meninggal (dua laki-laki kakak beradik) menjadi salah satu variabel pertimbangan. Mereka berdua meninggal karena kecelakaan di jalan raya. Tapi iya, saya memang pria melankolis.
intinya, siang ini tadi, saya harus lebih bersyukur karena lambat di jalan raya. Sepulang dari bank, saya melewati jalan lowanu, dengan tujuan Giwangan untuk memeriksa kemajuan pembangunan gudang. Di jalan lowanu, ada satu gudang yang menjual besi-besi baja, panjang gitu ukurannya. Saat lewat di depan gudang itulah ada becak yang muncul tiba-tiba, eh, ralat, becak nya sih saya sudah liat dari jauh, tapi yang tiba-tiba saya lihat adalah besi bajanya yang sedang diangkut diatas becak, mecungul kurang lebih panjangnya 5 meteran.
Saya lupa sedang ngelamun apa waktu kejadian itu, tapi begitu sadar besi-besi baja itu tinggal 3 meter lagi kena muka, refleks saya langsung bekerja dengan santai dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun *apaan sihh??* untuk menghindari becak dan besi baja yang siang tadi menjadi asesoris si becak.
Mungkin memang sudah saatnya saya harus mencari helm yang kacamata-able, atau kacamata yang helm-able sehingga saya bisa lebih berhati-hati, setidaknya punya jarak pandang yang lebih jauh dan jelas. Masih terlalu sayang sama kacamata saya yang sekarang ini kalo dipakai ketika saya sedang memakai helm, si kacamata akan mengalami banyak tekanan, dan saya juga tentunya akan mengalami banyak tekanan oleh orang yang menemani saya membeli kacamata itu, yang menganggap bahwa kacamata milik saya ini adalah miliknya *meski akhirnya saya juga setuju dengan anggapan itu :p*
ps: yang tertarik untuk membaca lebih jauh perihal kecepatan superkomputer, mungkin bisa melihat link berikut ini:
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Supercomputer
2. http://money.cnn.com/2012/10/29/technology/innovation/titan-supercomputer/index.html
Labels: mampir ngombe
Post a Comment