effort,
goethe pernah bilang,
"Knowing is not enough, we must apply.
Willing is not enough, we must do."
Masih seputar kertas yang barusan aku koleksi,
itu belum, dan nggak akan pernah cukup.
Setelah dipikir-pikir, aku ini terlalu serakah bermimpi. Ingin ini itu.
tapi aku rasa mimpiku itu belum, dan nggak akan pernah cukup.
Rasa nggak nyaman itu sering mampir ke hati. apakah impian ini nggak berlebih?
Lalu aku pikir-pikir lagi, emangnya ada ya impian sisa? trus karena sisa, jadi dikasih ke orang. atau karena sisa, jadi didiskon biar cepet laku.
Kadang minder juga ngeliat orang yang nampaknya lebih bijaksana dalam hidup. Tenang hidupnya, sudah mencapai pencerahan. Saat-saat kayak gini, aku mulai mikir lagi, impian ini bener....ato nggak bener....bener...ato nggak bener.....
sampe akhirnya, ah emang ada orang yang dapet nol gara-gara impiannya?
Lalu...lalu...
aku mulai bisa menerima, bahwa aku ini masih muda. Okelah, mungkin keren juga jadi orang muda yang bijaksana. tapi lagi-lagi...aku pikir...bukankah muda, lalu menjadi bijaksana itu adalah proses?
artinya, ya ini langkah yang harus aku jalani. Inilah masa di mana aku harus dan mesti punya impian. Kalaupun bisa milih, antara menjadi muda dan punya impian dibandingkan jadi orang bijaksana, aku pilih jadi orang muda. Abis, kayanya pilihan kayak gini cuman ada di mimpi. dan aku bisa terjebak ke pemikiran-pemikiran yang semakin nggak ada mimpinya.
lagian...
aku bukan orang bijak. bukan orang suci. bukan orang yang sempurna.
aku,
mengisi hari-hariku, untuk terus jadi orang yang punya impian.
Ini bukan pilihan lagi, aku sudah memilih.
ini hati dan dedikasiku.
goethe pernah bilang,
"Knowing is not enough, we must apply.
Willing is not enough, we must do."
Masih seputar kertas yang barusan aku koleksi,
itu belum, dan nggak akan pernah cukup.
Setelah dipikir-pikir, aku ini terlalu serakah bermimpi. Ingin ini itu.
tapi aku rasa mimpiku itu belum, dan nggak akan pernah cukup.
Rasa nggak nyaman itu sering mampir ke hati. apakah impian ini nggak berlebih?
Lalu aku pikir-pikir lagi, emangnya ada ya impian sisa? trus karena sisa, jadi dikasih ke orang. atau karena sisa, jadi didiskon biar cepet laku.
Kadang minder juga ngeliat orang yang nampaknya lebih bijaksana dalam hidup. Tenang hidupnya, sudah mencapai pencerahan. Saat-saat kayak gini, aku mulai mikir lagi, impian ini bener....ato nggak bener....bener...ato nggak bener.....
sampe akhirnya, ah emang ada orang yang dapet nol gara-gara impiannya?
Lalu...lalu...
aku mulai bisa menerima, bahwa aku ini masih muda. Okelah, mungkin keren juga jadi orang muda yang bijaksana. tapi lagi-lagi...aku pikir...bukankah muda, lalu menjadi bijaksana itu adalah proses?
artinya, ya ini langkah yang harus aku jalani. Inilah masa di mana aku harus dan mesti punya impian. Kalaupun bisa milih, antara menjadi muda dan punya impian dibandingkan jadi orang bijaksana, aku pilih jadi orang muda. Abis, kayanya pilihan kayak gini cuman ada di mimpi. dan aku bisa terjebak ke pemikiran-pemikiran yang semakin nggak ada mimpinya.
lagian...
aku bukan orang bijak. bukan orang suci. bukan orang yang sempurna.
aku,
mengisi hari-hariku, untuk terus jadi orang yang punya impian.
Ini bukan pilihan lagi, aku sudah memilih.
ini hati dan dedikasiku.
Post a Comment