Cemburu,
makan pagi itu mungkin tampak terlalu sore, bahkan malam, bagi kebanyakan orang. Yah, begitulah hari-hariku belakangan ini. Aku menikmati makan pagiku, lengkap dengan kesendirianku. Rasanya aku sudah mulai terbiasa, dan mencoba berbahagia dengan kesendirianku itu.
Sore itu, ada yang menarik perhatianku. sekelompok sahabat, minima mataku mengatakan begitu, 3 laki-laki dan 1 perempuan, masuk ke tempat makan yang sama denganku. Mereka membawa bungkusan.
"Nasinya udah abis..." begitu kata si mba'
"Ya nggak papa" kata salah satu dari mereka, sambil membuka tempat nasi.
"iya tinggal segitu doang, cukup ndak? abis udah mau tutup sih.." logat medok si mba' sangat familiar di telingaku.
"ya nggak papa mbak, kita bawa bungkusan sendiri kok..." kata perempuan itu.
"gw beli di depan deh nasinya," laki-laki yang berbadan paling besar mengambil inisiatif.
perhatianku mulai tertarik pada keakraban mereka. Sesuatu perlahan-lahan kurasa mulai hilang dariku.
"Ayo dong kalian cuci tangan dulu...aku deh yang buka.."suara ramah perempuan itu, lagi-lagi menarik perhatianku. 2 sahabat itu lewat di depanku, lalu cuci tangan. kulihat raut muka mereka, tampak muda, bersemangat, tenang.
"Ini segini cukup ngga nasinya?"
"cukuplah...sini aku bukain, kamu cuci tangan dulu aja."
tubuh besar itu lewat didepanku, masih raut muka yang sama, pikirku.
"udah...ayo kalian duluan..aku cuci tangan dulu," lalu pemilik suara yang tenang itu, lewat di depanku. Raut muka yang jarang kulihat, untuk perempuan semuda itu, tapi memiliki kedewasaan dari pancaran matanya.
mereka pun larut dengan obrolan tentang kejadian yang baru mereka alami sehari tadi, akrab dan hangat. Dan aku larut dengan perasaanku. Sungguh, aku orang yang jarang iri hati, tapi untuk yang satu ini. Aku cemburu!
makan pagi itu mungkin tampak terlalu sore, bahkan malam, bagi kebanyakan orang. Yah, begitulah hari-hariku belakangan ini. Aku menikmati makan pagiku, lengkap dengan kesendirianku. Rasanya aku sudah mulai terbiasa, dan mencoba berbahagia dengan kesendirianku itu.
Sore itu, ada yang menarik perhatianku. sekelompok sahabat, minima mataku mengatakan begitu, 3 laki-laki dan 1 perempuan, masuk ke tempat makan yang sama denganku. Mereka membawa bungkusan.
"Nasinya udah abis..." begitu kata si mba'
"Ya nggak papa" kata salah satu dari mereka, sambil membuka tempat nasi.
"iya tinggal segitu doang, cukup ndak? abis udah mau tutup sih.." logat medok si mba' sangat familiar di telingaku.
"ya nggak papa mbak, kita bawa bungkusan sendiri kok..." kata perempuan itu.
"gw beli di depan deh nasinya," laki-laki yang berbadan paling besar mengambil inisiatif.
perhatianku mulai tertarik pada keakraban mereka. Sesuatu perlahan-lahan kurasa mulai hilang dariku.
"Ayo dong kalian cuci tangan dulu...aku deh yang buka.."suara ramah perempuan itu, lagi-lagi menarik perhatianku. 2 sahabat itu lewat di depanku, lalu cuci tangan. kulihat raut muka mereka, tampak muda, bersemangat, tenang.
"Ini segini cukup ngga nasinya?"
"cukuplah...sini aku bukain, kamu cuci tangan dulu aja."
tubuh besar itu lewat didepanku, masih raut muka yang sama, pikirku.
"udah...ayo kalian duluan..aku cuci tangan dulu," lalu pemilik suara yang tenang itu, lewat di depanku. Raut muka yang jarang kulihat, untuk perempuan semuda itu, tapi memiliki kedewasaan dari pancaran matanya.
mereka pun larut dengan obrolan tentang kejadian yang baru mereka alami sehari tadi, akrab dan hangat. Dan aku larut dengan perasaanku. Sungguh, aku orang yang jarang iri hati, tapi untuk yang satu ini. Aku cemburu!
Post a Comment