spesial buat Vendy, yang lagi pengen discuss tentang 'Life'.

karena Reply Comment nya ngga cukup panjang, jadi aku tulis opiniku disini. Hidup itu
aneh, tiap hari kita dicekokin sama hal-hal yang teknis, setuju, mungkin karena di
Indonesia itu lebih berbau pengajaran akademis kali ya, sangat sedikit sekali kita
punya pendidik, dan nggak banyak juga orang tua kita yang ngajarkan gimana caranya
'hidup'. nggak bisa disalahkan sepenuhnya juga, karena masalah pendidikan di Indonesia aja
kompleks banget, apalagi masalah di keluarga kita, ya nggak ? tapi itu nggak bisa jadi
alasan. kita bisa belajar dari tempat lain kok. darimana ? bisa dari buku , bisa dari
orang-orang disekitar , bisa dari internet , dan tentunya masih banyak
komunitas-komunitas dimana kita bisa belajar tentang hidup.

misalnya kegiatan muda-mudi di gereja, atau kita jadi sukarelawan di komunitas 1001
buku yang bantu ngumpulin buku buat anak-anak yang kurang mampu, atau jadi sukarelawan
di panti jompo, atau jadi sukarelawan buat anak-anak jalanan, atau jadi sukarelawan
buat anak-anak di panti asuhan, dan masih banyak lagi komunitas-komunitas yang lain,
yang bisa bikin kita jadi mikir tentang hidup, tentunya supaya bisa memahami itu, butuh
proses yang lain lagi, karena kalo cuman ikut doang, tapi nggak mencoba memahami dan
nggak menyadari apa-apa ya bisa dibilang 'useless'.

Masa depan siapa yang tau sih ? kira-kira gitu ya, tiap kalo orang ngomongin masalah
ramalan bintang, atau ramalan yang lain, kayak shio misalnya. beberapa saat barusan,
chatting sama Indah, dan kita sempat diskus dikit tentang ramalan bintang itu. Kalo dia
sih biasanya buat ngecek doang, jadi dia pengen tau, ramalan bintang itu beneran atau
nggak. Sedangkan aku, dulu, keranjingan banget buat liat ramalan bintang yang ada di
majalah Bintang. Kalo pas ramalannya bagus, ya aku seneng, dan ngejalanin minggu itu
dengan heppy, kalo sebaliknya, aku bisa jadi bete dan nggak percaya hasil ramalan itu,
lucu yah ?

yup, itulah faktanya, bahwa orang kadang lebih suka sesuatu yang instant, pengennya
cepet keliatan perubahannya. Kayak yang barusan gw bahas sama si gowill di Yahoo
messenger. kita sama-sama lagi merasa 'asing' dan hampir 'gila', jadi pembicaraanya ya
nggak jauh-jauh dari hidup. Tentunya nyangkut juga tuh ke emotional intellegence. Si Go
bilang, ngerti dan berubah adalah suatu hal yang berbeda. Sama kayak yang aku pernah
sampein di LKMM dulu, ada beberapa proses belajar, mungkin lebih enak kalo aku sampein
langsung kali ya ? jadi gini...

ada belajar, dan belajar tentang. untuk njelasin dua konsep itu aku ambil analogi
motor. Belajar tentang, kalo belajar tentang itu bisa dilakukan di ruangan, tanpa ada
motor, gimana caranya ? ya baca buku tentang mengendarai motor itu gimana, atau nonton
video, atau ngobrol sama pembalap misalnya. jadi kita samasekali nggak nyentuh motor.
cuman teori aja. bisa jadi kita ngerti dan sangat paham sekali, karena itu 'cuman'
knowledge (pengetahuan).

belajar naik motor adalah proses yang lain. ini adalah bagian praktek. kita naik motor,
tabrak kanan-kiri, nyungsep di aspal kalo perlu, tapi yang jelas harus ada motornya,
dan kita harus bener-bener praktekin naik motor itu gimana, sampe kita bisa dan ahli
mengendarai motor kayak Valentino Rossi misalnya. jadi dimensinya adalah skill
(ketrampilan). Selanjutnya, skill ini bisa ada 2 hal, technical skill (komputer,
networking, php, atau director) ataupun softskill (kemampuan ngomong, berhubungan
dengan orang, leadership, dll).
nah itu dia, kalo kita bicara tentang ilmu cuman ada dimensi dua itu doang, makanya
sering orang ngomong ada jenjang, ada jurang antara teori dan praktek. Tapi gimana kalo
kita ngomong tentang manusia ? tentang hidup ? yah, ada dimensi lain, yaitu belajar menjadi.

maksudku gini, sampe tahap tertentu, kita bisa ngajarin monyet atau lumba-lumba *yang
katanya mamalia terpintar selain manusia*, untuk main sirkus, atau bisa ngurangin dan
nambahin bilangan. atau bisa ngajarin 'Lassie' untuk ngelakuin banyak hal, atau bikin
si 'buddy' *film Air Bud* untuk beratraksi dan bikin kita terkagum-kagum dengan
kemampuannya. tapi kita nggak akan pernah bisa ngajarin monyet untuk menjadi dirinya
sendiri, kita nggak akan bisa ngajarin monyet untuk memonyetkan dirinya. Monyet nggak
akan bisa kumpul bareng trus bebagi pengalaman tentang hidup.

Makanya, jadi manusia itu lebih enak, karena ada dimensi yang ketiga. yaitu belajar
menjadi. belajar menjadi apa ? karena konteksnya kita bicara tentang manusia, berarti
kita bisa belajar tentang manusia *biologi, antropologi, emosional intellegence,
merubah habbit*, kita bisa belajar teori. tapi itu kita baru belajar teori, butuh
ketrampilan yang lain untuk menguasai itu, gimana caranya motivasi diri, gimana caranya
ngilangin pikiran negatif, gimana caranya memaafkan. Ironisnya, masih ada dimensi
ketiga, dimana kadang kita sangat sulit sekali menjadi diri kita sendiri, hidup pake
topeng, pake baju yang keren-keren tapi nggak sesuai sama kita, pake potongan rambut
yang lagi in tapi nggak sesuai sama kita, pake HP paling baru, pake mobil yang keren,
sering boong dan nggak jujur, karena kita pengen diterima sama orang lain, karena kita
pengen orang lain tau bahwa kita ada.

Serigkali kita nggak mau, atau menolak menjadi diri kita sendiri, karena berbagai macam
tetek bengek itu. dan buntutnya ? kita makin terperosok dalam ke nggak pedean kita
dalam bergaul, kita makin nggak punya motivasi dalam hidup, lebih milih sendirian
didalem kamar, gulet sana sini dikasur, makan, tidur, nonton vcd dll...karena apa ?
karena kita pengen cara yang gampang, karena kita manusia dan kadang memakai alasan
'manusiawi' , menolak untuk berusaha berubah, karena males atau karena merasa kita
sudah 'cukup banyak' berusaha.

apa yang aku tulis diatas, aku dapetin dari buku Menjadi Manusia Pembelajar-nya Andrias
Harefa, salah satu sosok yang aku kagumin. apa yang aku tulis diatas bisa jadi
terdengar teoritis, tapi faktanya aku suka nulis dan berbagi pemikiran kayak gini. yah
moga-moga aja ada yang berguna dan nyerempet-nyerempet dikit di hati. Moga-moga
berguna, dan bisa buka pikiran orang lain yang 'mampir' dan baca, bukan sekedar
melihat.

Ven, tentang buku itu, aku seneng banget buku itu bisa berguna, dan aku juga seneng
banget udah dikasih kesempatan, sekali lagi, untuk ngelakuin yang aku suka, dan berbagi
pemikiran. oke, aku tunggu diskusi kita selanjutnya.

buat go will, kapan nih kita ******** bareng di lantai 5 sekret atau di lincak depan
kost gw ? ahahha...just let me know yah ! buat Indah, kapanpun mau ajarin bikin blog,
kasih tau yah !
buat duff, harusnya gw yang pertama isi shoutboxnya Vendy,
hiks..hiks...gw jadi orang kedua ya . . . hiks... memang 'aku bukan pilihan' .

hm..oke deh, udah mau jam dua, lagi pengen mau berubah pola hidup jadi lebih selaras
sama matahari, bukan sama bulan, sori ya bulan, bukannya aku nggak suka bersahabat sama
kamu, tapi aku lagi pengen belajar jaga keseimbangan hidup, ga papa kan ? thanks to...