Kemaren aku diwisuda
tanggal itu tanggal 16 Mei, tanggal dimana aku sudah mulai diingatkan, kalo sebentar lagi sudah bukan waktuku, sudah bukan jamanku aku terlibat secara langsung. Yah, aku sudah jadi senior, secara simbolis, kemaren waktu MF ultah. Beberapa anak Internal kasih selamat, beberapa pengurus 2001, beberapa senior, beberapa pengurus 2002 dan beberapa aktivis. Aku terima ucapan selamat mereka, dan aku ucapkan hal yang sama ke anak 2001 kalo udah jadi senior, dan, bahwa tahun ini adalah tahun yang hebat, tahun yang berarti banget, minimal buatku.
Ada satu moment yang pengen aku kenang. Moment dimana aku diminta maju buat bagi pesan-kesan selama di BNCC. Tanpa persiapan, mirip impromptu, dan ternyata susah juga buat nyeritain apa yang kita alamin, susah, senang, belajar, kecewa, benci, marah, takut, bijaksana, panutan, dipandang, diremehkan, digunjingkan, dalam waktu singkat, tepatnya dalam waktu singkat diminta ceritain itu semua.
Aku sempat kebingungan juga, grogi, tapi aku coba atasi dengan guyonan, lelucon, tawa. Sedikit, nggak banyak. Terlepas dari bobotnya pesan-kesan yang aku omongin, terlepas dari efek atau nggaknya di telinga orang yang denger, terkucilkan dari membekasnya omonganku itu di dalam hati, tapi aku menikmati tatapan mata itu, pandangan yang tertuju, dan perubahan kegaduhan ruangan menjadi hening. Lalu aku akhiri pesan-kesan itu yang simple itu, secara simbolis buatku, mengakhiri kepengurusan ini.
Waktu beres-beres kursi, aku sempat ngamatin bentar, anak-anak yang biasanya bikin aku sakit hati, kecewa, menaruh harapan, bangga, selalu ringan tangan membantu, pemberontak, sok tau, manipulatif, mau menang sendiri, selalu kerja keras, pemimpin, pengikut, penggembira, teladan, sejati, malas, fokus. Aku bukan salah satu dari itu, aku adalah semua itu, aku masuk kategori itu. Keras kepala, nggak tau batas, plin-plan, cemas, gugup, nggak mau berubah. Ini juga bagianku, ini diriku. Berusaha bikin orang seneng, bikin orang terkagum-kagum, bikin orang tersentuh, bikin orang termotivasi, bikin orang berusaha ontime, berusaha bikin orang tau sebab bukan cuman akibat, berusaha terbuka, berusaha kerjasama, berusaha menerima kekecewaan yang sama.
Aku sedih, aku merasa kehilangan, aku merasa mulai bukan bagian dari keseruan itu, kebahagiaan itu, kesiangan. Lalu aku pulang. Tidur, mencoba menidurkan pikiranku dan membangunkan hatiku.
Aku bertemu, bertukar pendapat, dan memberi nasehat. Serta menerima masukan dari beberapa orang. Ada yang paham apa arti jadi senior, sebagian lagi sama sedihnya dengan aku, ada lagi yang lega, beberapa tampak biasa-biasa saja. Aku nggak berhenti disitu, aku mikir tentang hidup, dan apa yang mau aku capai, apa yang suka aku kerjain.
Sehabis kerjain bio, aku nonton satu film, rencananya cuman buat penghantar tidur, ternyata justru bikin aku makin mikir lagi tentang hidup, makna.
Ceritanya anak kecil yang belum pernah belajar main catur, tapi sempat ngeliat orang pada main catur di taman. Ternyata anak ini punya bakat. Anak ini masih kecil. Sejago-jagonya bakat anak ini dalam hal catur toh dia tetep anak kecil di dalam keluarganya, kompleks, dan kadang nggak bisa ambil keputusan sendiri, karena dinilai masih kecil, atau karena memang masih kecil.
Tapi rumus sukses itu ya udah pasti kerja keras, dilandasi suka (pake hati) bukan untung rugi (pake pikiran), bukan masalah peringkat berapa, bukan masalah menang-kalah, bukan cuman catur dan anak kecil, tapi tentang kasih sayang, tentang kehidupan, tentang keseimbangan.
Guru jalanan, yang bisa main cepet dan penuh tipuan, atau cara sekolahan yang bisa mikir strategis dalam beberapa langkah kedepan. Toh itu memang dunia yang kontras, satu cepet, satu lama. Satu resiko, satu nilai. Toh dua-duanya kepake buat juara, tapi ada timingnya sendiri-sendiri. Kalo cuman salah satu doang, pasti nggak balance, nggak akan lengkap, ngga bisa jadi juara tanpa ngatasin perasaan takut, ada saingan, atau gagal. Sampe saatnya anak kecil ini memahamin bener gimana rasanya kalah, mengecewakan dan dimarahin, trus membagi pengalaman itu dengan anak-anak lain, dengan sahabatnya,tepatnya lebih dewasa. lebih mikirin perasaan orang lain, nggak ego.
Susah dimengerti ya ? nonton filmnya, judulnya innocent move !
Selesai itu aku naik ke lantai 5. Bawa satu tumpuk kertas yang biasa aku bawa dan kadang aku tinggalin di sekret, sama satu bolpen. Pengen naik ke atas atap, tapi lebih tertarik buat berdiri sebentar memandang bulan, trus duduk. Merenung dan ngeliat bulan 'bergerak-gerak' padahal bulan itu tetep disana. Sampe akhirnya aku ambil keputusan aku nggak jadi ngeliat matahari terbenam, aku pilih turun kebawah, duduk di kursi 03, nyingkirin keyboard keatas scanner, dan menulis. Tapi toh matahari tetep terbit, meskipun aku ambil keputusan ngelakuin sesuatu yang aku suka, meskipun aku nggak mau liat matahari terbit.
Jam 6, laper, sebentar lagi mau pulang dan jadi generalis, bukan spesialis, karena aku butuh keseimbangan. Itu yang pengen aku capai, tapi nggak tau apa wujudnya ? aku cari !!!
Aku bisa mikir, bisa ambil keputusan, itu udah aku lakuin, dan menuliskannya juga. Tapi aku menyerah. Aku lebih suka 'merasakannya'. Jam 6.10 , aku bangkit, ke lantai 5 , merasakan matahari pagi.
Aku suka kabut pagi hari, udara yang terbilang lumayan bersih dibanding jam-jam yang lain. Sekarang aku tau kenapa seseorang jadi ketua. Karena dia yang paling malem pulang dari sekret, tapi paling pagi dateng ke sekret tanpa kehilangan senyumnya. Yak, babak baru sudah dimulai, Berjang !
Suka nggak suka, siap nggak siap, sedih nggak sedih, meskipun BNCC adalah yang paling 'tinggi' diantara yang lain, termasuk sekretnya yang Lt 5 (tinggi), toh aku harus naik level lagi ke proses yang lebih tinggi lagi. Dan aku harus berada di lantai paling atas, di gedung atau di tempat yang tinggi buat liat matahari pagi, nulis, atau sambil main gitar, nyanyi selepas-lepasnya, nggak peduli nyanyiannya fals, sambil pejamkan mata, dan bilang thanks to . . .
tanggal itu tanggal 16 Mei, tanggal dimana aku sudah mulai diingatkan, kalo sebentar lagi sudah bukan waktuku, sudah bukan jamanku aku terlibat secara langsung. Yah, aku sudah jadi senior, secara simbolis, kemaren waktu MF ultah. Beberapa anak Internal kasih selamat, beberapa pengurus 2001, beberapa senior, beberapa pengurus 2002 dan beberapa aktivis. Aku terima ucapan selamat mereka, dan aku ucapkan hal yang sama ke anak 2001 kalo udah jadi senior, dan, bahwa tahun ini adalah tahun yang hebat, tahun yang berarti banget, minimal buatku.
Ada satu moment yang pengen aku kenang. Moment dimana aku diminta maju buat bagi pesan-kesan selama di BNCC. Tanpa persiapan, mirip impromptu, dan ternyata susah juga buat nyeritain apa yang kita alamin, susah, senang, belajar, kecewa, benci, marah, takut, bijaksana, panutan, dipandang, diremehkan, digunjingkan, dalam waktu singkat, tepatnya dalam waktu singkat diminta ceritain itu semua.
Aku sempat kebingungan juga, grogi, tapi aku coba atasi dengan guyonan, lelucon, tawa. Sedikit, nggak banyak. Terlepas dari bobotnya pesan-kesan yang aku omongin, terlepas dari efek atau nggaknya di telinga orang yang denger, terkucilkan dari membekasnya omonganku itu di dalam hati, tapi aku menikmati tatapan mata itu, pandangan yang tertuju, dan perubahan kegaduhan ruangan menjadi hening. Lalu aku akhiri pesan-kesan itu yang simple itu, secara simbolis buatku, mengakhiri kepengurusan ini.
Waktu beres-beres kursi, aku sempat ngamatin bentar, anak-anak yang biasanya bikin aku sakit hati, kecewa, menaruh harapan, bangga, selalu ringan tangan membantu, pemberontak, sok tau, manipulatif, mau menang sendiri, selalu kerja keras, pemimpin, pengikut, penggembira, teladan, sejati, malas, fokus. Aku bukan salah satu dari itu, aku adalah semua itu, aku masuk kategori itu. Keras kepala, nggak tau batas, plin-plan, cemas, gugup, nggak mau berubah. Ini juga bagianku, ini diriku. Berusaha bikin orang seneng, bikin orang terkagum-kagum, bikin orang tersentuh, bikin orang termotivasi, bikin orang berusaha ontime, berusaha bikin orang tau sebab bukan cuman akibat, berusaha terbuka, berusaha kerjasama, berusaha menerima kekecewaan yang sama.
Aku sedih, aku merasa kehilangan, aku merasa mulai bukan bagian dari keseruan itu, kebahagiaan itu, kesiangan. Lalu aku pulang. Tidur, mencoba menidurkan pikiranku dan membangunkan hatiku.
Aku bertemu, bertukar pendapat, dan memberi nasehat. Serta menerima masukan dari beberapa orang. Ada yang paham apa arti jadi senior, sebagian lagi sama sedihnya dengan aku, ada lagi yang lega, beberapa tampak biasa-biasa saja. Aku nggak berhenti disitu, aku mikir tentang hidup, dan apa yang mau aku capai, apa yang suka aku kerjain.
Sehabis kerjain bio, aku nonton satu film, rencananya cuman buat penghantar tidur, ternyata justru bikin aku makin mikir lagi tentang hidup, makna.
Ceritanya anak kecil yang belum pernah belajar main catur, tapi sempat ngeliat orang pada main catur di taman. Ternyata anak ini punya bakat. Anak ini masih kecil. Sejago-jagonya bakat anak ini dalam hal catur toh dia tetep anak kecil di dalam keluarganya, kompleks, dan kadang nggak bisa ambil keputusan sendiri, karena dinilai masih kecil, atau karena memang masih kecil.
Tapi rumus sukses itu ya udah pasti kerja keras, dilandasi suka (pake hati) bukan untung rugi (pake pikiran), bukan masalah peringkat berapa, bukan masalah menang-kalah, bukan cuman catur dan anak kecil, tapi tentang kasih sayang, tentang kehidupan, tentang keseimbangan.
Guru jalanan, yang bisa main cepet dan penuh tipuan, atau cara sekolahan yang bisa mikir strategis dalam beberapa langkah kedepan. Toh itu memang dunia yang kontras, satu cepet, satu lama. Satu resiko, satu nilai. Toh dua-duanya kepake buat juara, tapi ada timingnya sendiri-sendiri. Kalo cuman salah satu doang, pasti nggak balance, nggak akan lengkap, ngga bisa jadi juara tanpa ngatasin perasaan takut, ada saingan, atau gagal. Sampe saatnya anak kecil ini memahamin bener gimana rasanya kalah, mengecewakan dan dimarahin, trus membagi pengalaman itu dengan anak-anak lain, dengan sahabatnya,tepatnya lebih dewasa. lebih mikirin perasaan orang lain, nggak ego.
Susah dimengerti ya ? nonton filmnya, judulnya innocent move !
Selesai itu aku naik ke lantai 5. Bawa satu tumpuk kertas yang biasa aku bawa dan kadang aku tinggalin di sekret, sama satu bolpen. Pengen naik ke atas atap, tapi lebih tertarik buat berdiri sebentar memandang bulan, trus duduk. Merenung dan ngeliat bulan 'bergerak-gerak' padahal bulan itu tetep disana. Sampe akhirnya aku ambil keputusan aku nggak jadi ngeliat matahari terbenam, aku pilih turun kebawah, duduk di kursi 03, nyingkirin keyboard keatas scanner, dan menulis. Tapi toh matahari tetep terbit, meskipun aku ambil keputusan ngelakuin sesuatu yang aku suka, meskipun aku nggak mau liat matahari terbit.
Jam 6, laper, sebentar lagi mau pulang dan jadi generalis, bukan spesialis, karena aku butuh keseimbangan. Itu yang pengen aku capai, tapi nggak tau apa wujudnya ? aku cari !!!
Aku bisa mikir, bisa ambil keputusan, itu udah aku lakuin, dan menuliskannya juga. Tapi aku menyerah. Aku lebih suka 'merasakannya'. Jam 6.10 , aku bangkit, ke lantai 5 , merasakan matahari pagi.
Aku suka kabut pagi hari, udara yang terbilang lumayan bersih dibanding jam-jam yang lain. Sekarang aku tau kenapa seseorang jadi ketua. Karena dia yang paling malem pulang dari sekret, tapi paling pagi dateng ke sekret tanpa kehilangan senyumnya. Yak, babak baru sudah dimulai, Berjang !
Suka nggak suka, siap nggak siap, sedih nggak sedih, meskipun BNCC adalah yang paling 'tinggi' diantara yang lain, termasuk sekretnya yang Lt 5 (tinggi), toh aku harus naik level lagi ke proses yang lebih tinggi lagi. Dan aku harus berada di lantai paling atas, di gedung atau di tempat yang tinggi buat liat matahari pagi, nulis, atau sambil main gitar, nyanyi selepas-lepasnya, nggak peduli nyanyiannya fals, sambil pejamkan mata, dan bilang thanks to . . .
Post a Comment